Jumat, 17 Desember 2010

flora dan fauna

Plankton

Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang, dan ikan paus.
Bulu Babi
Filum Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri) adalah sebuah filum hewan laut yang mencakup bintang laut, tripang, dan beberapa kerabatnya. Kelompok hewan ini ditemukan di hampir semua kedalaman laut. Filum ini muncul di periode Kambrium awal dan terdiri dari 7.000 spesies yang masih hidup dan 13.000 spesies yang sudah punah. Lima atau enam kelas (enam bila Concentricycloidea dihitung) yang masih hidup sekarang mencakup
• Asteroidea (bintang laut): sekitar 1.500 spesies yang menangkap mangsa untuk makanan mereka sendiri
• Concentricycloidea, dikenal karena sistem pembuluh air mereka yang unik dan terdiri dari hanya dua spesies yang baru-baru ini digabungkan ke dalam Asteroidea.
• Crinoidea (lili laut): sekitar 600 spesies merupakan predator yang menunggu mangsa.
• Echinoidea (bulu babi dan dolar pasir): dikenal karena duri mereka yang mampu digerakkan; sekitar 1.000 spesies.
• Holothuroidea (teripang atau ketimun laut): hewan panjang menyerupai siput; sekitar 1.000 spesies.
• Ophiuroidea (bintang ular dan bintang getas), secara fisik merupakan ekinodermata terbesar; sekitar 1.500 spesies.
Bentuk hewan yang sudah punah dapat diketahui dari fosil termasuk Blastoidea, Edrioasteriodea, Cystoidea, dan beberapa hewan Kambriumf awal seperti Helicoplacus, Carpoidea, Homalozoa, dan Eocrinoidea seperti Gogia.
Echinodermata adalah filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup di air tawar atau darat. Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya: kebanyakan memiliki simetri radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Walaupun terlihat primitif, Echinodermata adalah filum yang berkerabat relatif dekat dengan Chordata (yang di dalamnya tercakup Vertebrata), dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder. Larva bintang laut misalnya, masih menunjukkan keserupaan yang cukup besar dengan larva Hemichordata.
Banyak di antara anggotanya yang berperan besar dalam ekosistem laut, terutama ekosistem litoral pantai berbatu, terumbu karang, perairan dangkal, dan palung laut. Spesies bintang laut Pisaster ochraceus misalnya, menjadi predator utama di ekosistem pantai berbatu di pesisir barat Amerika Utara, spesifiknya mengendalikan populasi tiram biru ([[Mytilus edulis]])sehingga spesies yang lain dapat menghuni pantai tersebut dan bivalvia tersebut tidak mendominansi secara berlebihan. Contoh lain adalah Acanthaster planci yang memakan polip karang di perairan Indo-Pasifik. Kendati sering dianggap desktruktif, ada beberapa teori yang mengatakan bahwa A. planci sebenarnya adalah predator yang penting untuk ekosistem terumbu karang, sehingga terjadi rekruitmen karang baru yang menggantikan koloni-koloni tua, juga mengurangi tekanan kompetisi antara satu spesies karang dengan yang lain.
Echinodermata mempunyai kemampuan untuk melakukan regenerasi bagian tubuhnya yang hilang, contohnya timun laut. Apabila timun laut merasa dirinya terancam, maka timun laut akan menyemprotkan organ tubuhnya agar mendapatkan kesempatan untuk melarikan diri. Kelak, organ tubuh yang hilang akan tumbuh kembali
Teripang
Deuterostomia (dari bahasa Yunani: “mulut kedua”) adalah superfilum hewan. mereka adalah subtakson dari Bilateria cabang subregnum Eumetazoa, dan lawan dari Protostomia. Deuterostomia berbeda karena perkembangan embrionya; pada deuterostomia, lubang pertama dari blastopora menjadi anus, sedangkan pada protostomia lubang itu menjadi mulut.
Ada empat filum deuterostomia yang hidup :
• Filum Chordata (vertebrata dan kerabatnya)
• Filum Echinodermata (bintang laut, landak laut, teripang, dan lain-lain)
• Filum Hemichordata (cacing Acorn dan mungkin graptolit)
• Filum Xenoturbellida (2 spesies hewan mirip cacing)
Filum Chaetognatha (cacing panah) mungkin juga termasuk disini. Kelompok yang telah punah mungkin Vetulicolia. Echinodermata, Hemichordata and Xenoturbellida membentuk kelas Ambulacraria.Baik deuterostomia dan protostomia, zigot pertama membentuk bola sel berongga yang disebut blastula. Pada deuterostomia, pembelahan awal terjadi sejajar atau tegak lurus pada sumbu kutub. Hal ini disebut pembelahan radial, dan juga terjadi pada beberapa protostomia seperti lophophorata. Banyak deuterostomia menunjukkan pembelahan tak menentukan, dimana akan jadi apa suatu sel tidak ditentukan oleh identitas sel induk. Karena itu jika 4 sel pertama dipisahkan, tiap sel mampu membentuk larva lengkap, dan juga sebuah sel dihilangkan dari blastula, sel lain akan menggantikannya.Pada deuterostomia, mesoderm terbentuk sebagai tonjolan usus yang berkembang yang memisah, membentuk rongga tubuh (coelom). Ini disebut enterocoeli.Hemichordata dan Chordata mempunyai celah insang, dan fosil echinodermata primitif juga menunjukkan adanya celah insang. Tali saraf dalam ditemukan pada semua chordata, termasuk tunikata (pada stadium larva). Beberapa hemichordata juga memiliki tali saraf tubuler. Pada tahap awal embrio ia nampak seperti tali saraf chordata. Karena sistem saraf echinoderm terdegenerasi tidaklah mungkin mengetahui banyak tentang moyang mereka dengan cara ini, namun berdasarkan fakta lain masih mungkin bahwa semua duterostomia sekarang berevolusi dari satu moyang bersama yang punya celah insang, tali saraf dalam serta badan bersegmen. Ia mungkin mirip sekelompok kecil deuterostomia Kambrium Vetulicolia.

Flamboyan, Tanaman Terindah di Dunia


MASA berbunganya memang tergolong jarang, sekali dalam setahun. Persisnya terjadi pada masa pancaroba, peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Saat itulah, bunganya bermekaran. Namun, karena tampilannya yang luar biasa menawan, orang selalu menanti dan merindukan kehadiran bunganya. Apalagi, setiap kali bunga bermekaran, akan tercipta suasana romantis, saat yang tepat untuk rendezvous. Itulah flamboyan, pohon legendaris yang oleh kalangan pencinta tanaman hias dikenal sebagai "tanaman terindah di dunia".

Terdapat banyak julukan yang diberikan orang sebagai bentuk kecintaan dan kekaguman terhadap bunga yang bernama Latin Delonix regia itu. Orang Indonesia menyebutnya flamboyan, yang diadaptasi dari kata flamboyant (bahasa Prancis) yang bermakna "cemerlang". Kalangan ilmiah menyebutnya Royal Poinciana. Orang India menyebutnya dengan gulmohar. Julukan lainnya adalah "flame of the forest", "flame tree", atau bersama-sama dengan mawar dijuluki juga sebagai "queen of the flame".

Di luar julukannya itu sendiri, istilah flamboyan juga menjadi sebutan untuk orang atau situasi tertentu. Ada istilah "flamboyant personality" untuk menyebut pribadi yang cemerlang. Ada juga "flamboyant colors" untuk menggambarkan warna yang semarak dan penuh bunga. Atau "flamboyant speech" untuk menyebutkan situasi pidato atau pembicaraan seseorang yang penuh dengan bunga bahasa.

Flamboyan adalah tanaman hias berbentuk pohon dengan perilaku unik dan penuh warna. Tingginya bervariasi dengan paling tinggi mencapai 12 meter. Ia menyukai tempat terbuka dan cukup sinar matahari. Batangnya licin, berwarna cokelat kelabu dengan teras sangat keras, berat, dan tahan air atau serangga. Akarnya cukup kuat sehingga jika ditanam di trotoar bisa mengangkat permukaan trotoar atau jalan. Bentuk pohonnya yang bercabang banyak dan melebar seolah membentuk payung raksasa. Dengan bentuk daun majemuk dan rapat, menciptakan kerimbunan yang khas dan memberikan kerindangan, serta kenyamanan bagi siapa pun yang berteduh di bawahnya.

Daun-daunnya akan terus menghijau sepanjang musim hujan hingga awal musim kemarau. Barulah ketika memasuki pertengahan kemarau, daun-daun flamboyan berguguran. Bahkan beberapa batang dan rantingnya mengering, meranggas, lalu patah. Saat itu, flamboyan tampak seperti pohon yang kurus dan gundul. Tampaknya, inilah cara alami flamboyan beradaptasi dengan perubahan lingkungannya.


Namun, begitu air mulai tercurahkan dari langit dan musim hujan tiba, flamboyan yang tampak kering dan meranggas itu bergairah. Mereka pun seolah menebar "senyum" lewat kemunculan bunga-bunga berwarna jingga dan merah. Ya, ketika musim hujan tiba, bunga flamboyan bermekaran serentak. Periode inilah yang banyak ditunggu pencinta bunga, yang selama hampir setahun dengan sabar menanti kemunculan kembali sang pohon cemerlang itu menampakkan bunganya.

Bunga flamboyan berukuran cukup besar, berbentuk seperti anggrek dan mekar dalam sebuah kumpulan yang padat dan rapat. Warnanya antara merah jingga hingga merah tua (scarlet). Dalam satu kumpulan terdapat lima helai mahkota bunga yang menyebar, di mana salah satunya tampak berbeda dari empat mahkota lainnya. Inilah yang disebut dengan "standar" di mana ukurannya tampak lebih panjang dan ditandai oleh bintik-bintik putih atau kuning pada sisi bagian dalam. Rata-rata panjang tiap helai mahkota bunga 8 cm.

Keindahan bunga flamboyan akan tampak jika bunga itu masih di pohon dalam bentuk "gerombolan". Jika dilihat satu per satu, bunganya tampak kurang menarik. Namun, untuk bisa menyaksikan kecerlangan bunga flamboyan memang harus pandai mencari waktu yang tepat. Bunga flamboyan biasanya terlihat paling cemerlang pada minggu pertama kemunculannya. Pada saat langit cerah dan matahari bersinar terang, warna merah jingga menyala memendarkan cahaya berkilauan. Birunya langit yang menghampar luas, seolah menjadi latar belakang yang menciptakan kontras dari sebuah lukisan alam dengan warna merah bunga flamboyan sebagai objeknya. Saat itulah, kita akan menyaksikan panorama alam yang luar biasa menakjubkan, sebuah gambar hasil ciptaan Tuhan yang tak mungkin bisa ditandingi siapa pun.

Sayangnya, periode penuh keindahan itu hanya sebentar. Begitu memasuki minggu berikutnya, kecerlangan bunga flamboyan mulai luntur. Kita hanya akan menyaksikan warna pastel yang lebih lembut dan merah tua yang sudah redup. Penampakan bunganya mulai membosankan. Apalagi kemudian, satu per satu bunganya berguguran, berjatuhan, dan berserakan di atas rerumputan atau aspal jalan. Meski demikian, musim bunga flamboyan yang berlangsung antara bulan Oktober hingga Desember itu tetap menghadirkan suasana romantis. Bagi sebagian masyarakat kita (entah berhubungan langsung atau tidak) periode tersebut sering pula disebut musim kawin atau bercinta.

Seiring berjalannya musim hujan dan rontoknya bunga, flamboyan pun berganti warna penampilan, dari merah ke hijau. Inilah periode kemunculan daun-daunnya yang secara perlahan mengalami evolusi dari warna hijau muda menjadi hijau tua cerah. Daunnya tergolong daun majemuk, berbentuk seperti pakis, ringan, dan lembut. Daunnya terbagi dalam dua tangkai (pinnate), tangkai utama (pinnae) dan tankai skunder (pinnules). Panjang daun mencapai 30-50 cm. Dalam satu daun terdapat 20-40 pasang pinnae dan 10-20 pasang pinnules.

Setelah bunga rontok, putiknya berubah menjadi buah yang berbentuk seperti pedang (polong). Saat masih muda, warna buahnya hijau muda cerah, namun saat kering dan tua, akan berubah menjadi cokelat dan hitam. Panjang buah bisa mencapai 60 cm dan lebar 5 cm. Meski buahnya berbentuk polong besar, bijinya tergolong kecil dengan berat tiap biji rata-rata 0,4 gram. Bijinya bisa ditanam untuk menghasilkan tanaman baru, namun biasanya budi daya flamboyan dilakukan dengan cara stek batang atau cangkok karena alasan kepraktisan.

Di sejumlah negara, flamboyan sudah menjadi komoditas penting sebagai tanaman hias yang diperdagangkan. Di Indonesia sebenarnya tanaman ini juga sudah cukup banyak dikenal dan dibudidayakan di berbagai tempat. Namun, umumnya masyarakat kita menanam flamboyan lebih karena alasan fungsinya sebagai peneduh yang cepat tumbuh. Di beberapa kompleks perumahan atau trotoar jalan, pohon flamboyan mudah dijumpai. Sedangkan menjadikan flamboyan sebagai tanaman hias demi terciptanya keindahan, harus diakui masih sangat kurang.

Karena lebih ke alasan fungsional sebagai peneduh, tanaman flamboyan sering ditanam cul leos, alias setelah tumbuh, ya sudah, dibiarkan hidup sendiri, tanpa mendapat perawatan atau pemeliharaan sebagaimana layaknya dilakukan terhadap tanaman hias. Tak jarang, tanaman pun bisa tumbuh menjulang tinggi dan tak terawat. Padahal, dengan perlakuan yang tepat melalui pemangkasan yang teratur, kita bisa menghasilkan bentuk tanaman yang tidak terlalu tinggi. Atau sistem penanaman yang berjejer teratur. Sehingga saat musim bunga tiba, kita bisa menyaksikan keindahannya lebih leluasa. Sambil menikmati kemunculan bunganya, kita juga akan tahu bunga itu sebagai pertanda, musim hujan sudah tiba.

Saat ini, masa berbunga flamboyan memang sudah lewat. Jika pun masih ada, hanya satu dua bunga yang tumbuh di antara hijaunya daun-daunnya yang rimbun. Keindahannya sudah jauh berkurang. Jika ingin menyaksikan kecerlangan bunga flamboyan, kita harus menunggu hingga Oktober tahun depan. Ya, seperti sang dara dalam syair lagu Bimbo, semoga saja esok lusa, Oktober nanti, bunga flamboyan akan bersemi kembali, dan kita bisa menyaksikan keindahannya yang memukau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar